Pages

Minggu, 03 Juni 2012

Kemana kah PKS PKS Bea Cukai?

Delapan tahun yang lalu disetiap ba'da Dzuhur, dihampir semua masjid yang ada di Bea Cukai yang saya singgahi, banyak sekali para pegawai Bea Cukai muda (kebanyakan dari mereka  adalah lulusan dari STAN Prodip Keuangan) yang berkumpul membentuk halaqoh-halaqoh (kelompok) kecil. Mereka bertadarus bersama dan mendengarkan petuah-petuah dakwah dari para Murobbinya.

Disetiap mereka berada, mereka selalu membawa Al-Quran dikantong sebelah kanan atau kiri mereka. Bahkan banyak dari mereka yang memelihara jenggot dan senantiasa bercakap-cakap santun dan bersaudara dengan para kelompok mereka, sering terdengar dari ucapan mereka kata-kata "Akhi" (saudaraku), "Antum" (kalian) atau "Ana" (aku).
 
Mereka adalah orang-orang yang taat terhadap Agama dan Negaranya. Mereka menjunjung tinggi nilai-nilai dakwah yang telah diwarisi oleh para nabi, menjalankan perintah Alloh dan Rasulnya penuh dengan keikhlasan dan ketulusan. Mereka adalah orang-orang yang lebih mereformasi diri daripada yang lainnya, karena di dalam melaksanakan pekerjaannya, mereka lebih reformis walaupun kala itu institusi tempat saya bekerja belum melaksanakan Reformasi Birokrasi. Merekalah yang saya sebut sebagi PKS PKS Bea Cukai, walaupun mereka tidak pernah melakukan kampanye di kantor, akan tetapi dari keseharian mereka dapat saya lihat kalau mereka adalah orang-orang PKS.

Gerakan dakwah Ikhwanul Muslimin di Mesir kala itu membuahkan gerakan dakwah islam yang sering dikenal dengan Tarbiyah Islamiyah di tanah air kita. Gerakan itu sering muncul dari kalangan mahasiswa di kampus-kampus mereka. Dakwah tersebut berpendapat bahwa berpolitik juga merupakan bagian dari dakwah islam. Gerakan tersebut mulai disambut oleh orang-orang diluar para kalangan muda mahasiswa sejak gerakan ini mendirikan sebuah partai yang kemudian dinamakan Partai Keadilan (PK). Pada perjalanan politiknya PK berubah menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). PKS memang terkenal sebagai partai yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), sehingga disaat negara ini membutuhkan orang-orang seperti mereka, perolehan suara dari partai ini pun semakin kuat.

Namun beberapa tahun terakhir ini, saya tidak melihat mereka seperti delapan tahun yang telah lewat. Saya tidak melihat aktifitas baik mereka di kantor tempat saya bekerja. Apakah ini ada kaitannya dengan berubahnya citra PKS? Mengutip dari Blog PKS Watch, yang ditulis oleh simpatisan PKS berinisial DOS, bahwa dituliskan disana 'Sekjen PKS Anis Matta mengatakan bahwa mereka ingin keluar dari tema-tema sempit, dalam rangka mengubah citra Islamis, dengan jargon "PKS Untuk Semua"'.

Apakah benar ini ada korelasinya dengan perubahan paradigma PKS? karena dalam Blognya DOS tersebut, beliau berpamitan untuk keluar dari PKS. Bahkan menurut informasi yang diperoleh dari teman saya pada saat saya masih duduk di STAN, ada salah satu Murobbi dari kami yang sekarang tidak lagi menjadi simpatisan PKS, dituturkan beliau (Sang Murobbi) lebih memilih dakwah Salafi/ Salafy.

Namun berubahnya paradigma PKS atau tidak seharusnya gerakan dakwah yang selama ini telah terbangun sebelum PK/ PKS itu ada harus tetap ada. Karena semangat dakwah menurut saya telah menghiasi institusi institusi yang ada untuk lebih mereformasi diri menuju yang lebih baik. Setidaknya kejujuran, integritas, amanah, saling membantu dll. harus tetap disemangati dan ditularkan kepada kami yang selalu membutuhkan bimbingan dan warning-warning mereka. Janganlah label dan aksesoris mereka dijadikan tempat persembunyian oleh para orang-orang yang munafik atau koruptor sekalipun.

Sekian, semoga harapan itu masih ada..

2 komentar:

  1. Ternyata gak ada bedanya ya pak partai yang ini dengan yang biru, kuning, merah, ijo

    BalasHapus

Popular Posts