Delapan tahun yang lalu disetiap ba'da Dzuhur, dihampir semua masjid yang ada di Bea Cukai yang saya singgahi, banyak sekali para pegawai Bea Cukai muda (kebanyakan dari mereka adalah lulusan dari STAN Prodip Keuangan) yang berkumpul membentuk halaqoh-halaqoh (kelompok) kecil. Mereka bertadarus bersama dan mendengarkan petuah-petuah dakwah dari para Murobbinya.
Disetiap mereka berada, mereka selalu membawa Al-Quran dikantong sebelah kanan atau kiri mereka. Bahkan banyak dari mereka yang memelihara jenggot dan senantiasa bercakap-cakap santun dan bersaudara dengan para kelompok mereka, sering terdengar dari ucapan mereka kata-kata "Akhi" (saudaraku), "Antum" (kalian) atau "Ana" (aku).
Disetiap mereka berada, mereka selalu membawa Al-Quran dikantong sebelah kanan atau kiri mereka. Bahkan banyak dari mereka yang memelihara jenggot dan senantiasa bercakap-cakap santun dan bersaudara dengan para kelompok mereka, sering terdengar dari ucapan mereka kata-kata "Akhi" (saudaraku), "Antum" (kalian) atau "Ana" (aku).
Gerakan dakwah Ikhwanul Muslimin di Mesir kala itu membuahkan gerakan dakwah islam yang sering dikenal dengan Tarbiyah Islamiyah di tanah air kita. Gerakan itu sering muncul dari kalangan mahasiswa di kampus-kampus mereka. Dakwah tersebut berpendapat bahwa berpolitik juga merupakan bagian dari dakwah islam. Gerakan tersebut mulai disambut oleh orang-orang diluar para kalangan muda mahasiswa sejak gerakan ini mendirikan sebuah partai yang kemudian dinamakan Partai Keadilan (PK). Pada perjalanan politiknya PK berubah menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). PKS memang terkenal sebagai partai yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), sehingga disaat negara ini membutuhkan orang-orang seperti mereka, perolehan suara dari partai ini pun semakin kuat.
Namun beberapa tahun terakhir ini, saya tidak melihat mereka seperti delapan tahun yang telah lewat. Saya tidak melihat aktifitas baik mereka di kantor tempat saya bekerja. Apakah ini ada kaitannya dengan berubahnya citra PKS? Mengutip dari Blog PKS Watch, yang ditulis oleh simpatisan PKS berinisial DOS, bahwa dituliskan disana 'Sekjen PKS Anis Matta mengatakan bahwa mereka ingin keluar dari
tema-tema sempit, dalam rangka mengubah citra Islamis, dengan jargon
"PKS Untuk Semua"'.
Apakah benar ini ada korelasinya dengan perubahan paradigma PKS? karena dalam Blognya DOS tersebut, beliau berpamitan untuk keluar dari PKS. Bahkan menurut informasi yang diperoleh dari teman saya pada saat saya masih duduk di STAN, ada salah satu Murobbi dari kami yang sekarang tidak lagi menjadi simpatisan PKS, dituturkan beliau (Sang Murobbi) lebih memilih dakwah Salafi/ Salafy.
Namun berubahnya paradigma PKS atau tidak seharusnya gerakan dakwah yang selama ini telah terbangun sebelum PK/ PKS itu ada harus tetap ada. Karena semangat dakwah menurut saya telah menghiasi institusi institusi yang ada untuk lebih mereformasi diri menuju yang lebih baik. Setidaknya kejujuran, integritas, amanah, saling membantu dll. harus tetap disemangati dan ditularkan kepada kami yang selalu membutuhkan bimbingan dan warning-warning mereka. Janganlah label dan aksesoris mereka dijadikan tempat persembunyian oleh para orang-orang yang munafik atau koruptor sekalipun.
Sekian, semoga harapan itu masih ada..
Ternyata gak ada bedanya ya pak partai yang ini dengan yang biru, kuning, merah, ijo
BalasHapusiya
Hapus